---

"ah , semoga saja hal-hal baik selalu datang kepadanya"
aku kembali menatap sekeliling ku , hitam.gelap. aku tidak buta , hanya saja terlalu lelah bahkan untuk sekedar bangkit dan menekan saklar lampu untuk membantu menerangi kamar.
tenagaku sudah habis secara percuma di bangku paling pojok coffee shop yang beberapa bulan ini selalu rutin aku kunjungi; ku gunakan untuk merenungi nasib dan memperhatikan orang dari balik kaca.
sebagian orang mengatakan bahwa orang yang meninggalkan adalah orang yang tersaktiti . tapi , hey! aku adalah orang yang ditinggalkan dan aku merasa dia bahagia saja tanpa pernah merasa tersakiti .
atau memang sedari awal kami tidak pernah bersama bagaimana jika ternyata anggap saja kami adalah dua orang yang berpapasan dan sedang menuju arah yang sama , tapi seiring berjalannya waktu aku baru tau kalau kami tidak memiliki arah yang sama hanya sedang berpapasan dan akan berpisah di pertigan atamu mungkin perempatan di depan sana. 
tapi , itu hal yang aku tidak tahu , aku selalu berfikir kalau kami memiliki tujuan yang sama . aku tidak pernah berfikir bahwa akan berpisah di persimpangan selanjutnya. 
bahkan setelah berbulan-bulan perpisahan aku masih saja tidak bisa menjawab jika seseorang bertanya atau membahas hal-hal yang bersangkutan dengannya.
seperti ketika beberapa hari lalu banyak orang yang tiba-tiba seolah olah sedang bersekongkol untuk mengetahui perasaan ku yang sesungguhnya , ini menyakitkan tapi tidak ada air mata disana . seolah-olah aku sudah menyiapkan hati untuk hal seperti ini. sama sekali tidak ada air mata ataupun penyesalan seperti yang sudah-sudah . tidak ada air mata walau meninggalkan luka yang membekas tapi tidak ada yang berdarah disana , hanya perasaan hampa dan kosong.
terlalu kosong hingga aku tidak menyadari bahwa sosok yang telah lama menghilang sudah duduk di depan ku dengan segelas juice mangga

"bagaimana kabar mu saat ini?"
"baik"
"hatimu?"
"sama, baik"
"sudah menyerah?"
"iya"
"bohong , kamu menyerah tapi hati mu tidak"
"tahu , apa kamu tentang hati ku?"
"setidaknya aku pernah tinggal disana"
"kamu tidak pernah tinggal , hanya singgah"
"tapi aku mengenal setiap sudut hatimu"
"tidak"
"bagaimana jika iya?"
"tidak mungkin"
"aku ingin kembali"
"kemana?"
"hati mu"
"maaf, tidak bisa"
"tidak ada yang tidak bisa"
"kamu yang tidak tahu"

dan kemudian aku berdiri bergegas meninggalkan percakapan yang mungkin akan berakhir menyakitkan jika pada akhirnya aku mengijinkannya untuk kembali , walaupun aku tidak tahu apakah kali ini dia akan tinggal atau hanya singgah seperti dulu. tapi tidak ada yang salah dengan mencoba melindungi sebelum terlalu jauh dan harus menambah satu ruang kosong. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS