Ada beberapa hal yang memang tidak bisa dihindari begitu saja, sekeras apapun usahamu untuk menghindar maka semakin besar pula tarikan magnetnya untuk terus tetap berhubungan denganmu.
Seolah memang ditakdirkan bertemu, sejauh apapun kau berlari dia akan selalu ada satu langkah darimu entah di depan atau di belakang.
Seolah alam pun mendukung konspirasi semesta ini semakin jauh kau melemparnya agar pergi maka akan tetap kembali padamu layaknya bumerang.
Ketika hal itu datang tidak ada lagi yang bisa kau lakukan selain menghadapinya dan membiarkannya mengalir begitu saja.
Lelah yang kau hadapi seolah permainan yang menarik untuknya, dipastikannya kau tetap dalam jangkaunnya kemudian lalu acuhnya yang kau hadapi.
Kesulitan yang alami karenanya tidak pernah dianggap berarti untuknya, hanya karena kau terlihat kuat maka dibiarkannya kau menjadi tamengnya dalam kesulitan.
Keinginan mu untuk berhenti dari permainan gila ini semakin susah untuk diraih, pintu keluar sudah tak terlihat lagi dan kau terjrbak dalam labirin yang kau ciptakan sendiri.
Kau tahu arah jalan keluar tapi masih saja kau berputar putar di tempat yang sama.
Terbiasa hidup dalam labirin yang hangat membuatmu takut untuk meninggalkan labirin yang kau anggap tempat ternyaman padahal tidak.
Labirin yang dulunya kau anggap permainan menyenangkan justru menjebakmu agar tetap tinggal bersamanya lebih lama dan lebih lama lagi.
Tidak ada yang tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan labirin tersebut untuk bermain-main denganmu, dibiarkannya orang lain datang dan pergi. Namun, dibiarkannya kau tetap tinggal dan menetap.
Ada tapi tidak terasa ada,
Hadir namun tak terasa nyata kehadirannya.